Sabtu, 16 Agustus 2014

LATAR BELAKANG MEMUNCULNYA FILSAFAT PENDIDIKAN

LATAR BELAKANG MEMUNCULNYA FILSAFAT PENDIDIKAN

Filsafat diakui sebagai induk ilmu pengetahuan (the mother of sciences) yang mampu menjawab segala pertanyaan dan permasalahan. Mulai dari masalah-masalah yang berhubungan dengan alam semesta hingga masalah manusia dengan segala problematika dan kehidupannya.
Disiplin  ilmu  pengetahuan  yang  lahir itu  ternyataa  memiliki objek  dan  sasaran yang berbeda-beda, yang terpisah satusama lain. Suatu disiplin ilmu pengetahuan mengurus dan mengembangkan bidang garapan sendiri-sendiri dengan tidak memperhatikan hubungan dengan bidang lainnya. Tugas filsafat adalah mengajukan pertanyaan–pertanyaan dan menyelidiki faktor–factor realita dan pengalaman yang banyak terdapat dalam lapangan pendidikan.

A.     Perkembangan Pemikiran Filsafat Spiritualisme Kuno
Filsafat adalah untuk mengetahui hakikat sesuatu. Namun kalau pertanyaan filosofis itu diteruskan,akhirnya akan sampai dan berhenti  pada sesuatu yang disebut agama. Baik para filosof  Timur maupun Barat, mereka memiliki Pandangan yang sama bila sudah sampai pada pertanyaan, “bilakah permulaan mahluk yang ada ini, dan apakah sesuatu yang pertama kali terjadi, dan apakah yang terkhir sekali bertahan dalam alam ini” (Rifai, 1994:67). Akan tetapi, mereka tetap berusaha untuk mencari hikmah yang sebenarnya supaya  sampai kepada puncak pengetahuan yang tinggi, yaitu Tuhan yang maha mengetahui dan maha kuasa.
Jelaslah bagi kita bahwa filsafat berkembang sesuai dengan perputaran dan perubahan zaman. Paling tidak, sejarah filsafat lama membawa manusia untukmengetahui salah satu cerita dalam katagori filsafat spiritualisme kuno. Kira– kira 1200 – 1000 SM sudah terdapat cerita–cerita lahirnya  Zarathusthra, dari keluarga sapitama, yang lahir di tepi sebuah sungai, yang ditolong oleh Ahura  Mazda dalam masa pemerintahan raja – raja AKhmania (550 – 530 SM).

1.      Timur Jauh
Yang termasuk dalam wilayah timur jauh ialah China, India, dan Jepang. Di India, berkembang filsafat spiritualisme Hinduisme dan Buddhisme. Sedangkan  di Jepang berkembang  Taoisme dan konfusiannisme (Gajalba, 1986: 60).
a.      Hindu
Pemikiran spritualisme Hindu adalah konsep karma yang berarti setiap individu telah dilahirkan kembali secara berulang  dalam  bentuk manusia atau binatang sehingga ia menjadi suci dan sempurna sebagai bagian dari jiwa universal (reinkarnasi). Karma tersebut pada akhirnya akan menentukan status seseorang sebagai anggota suatu kasta. Poedjawijatna (1986: 54) mengatakan, bahwa para filosof Hindu berpikir untuk mencari jalan lepas dari ikatan duniawi agar bisa masuk ke dalam kebebasan (yang menurut mereka) sempurna.
Agama Hindu yang politeisme dan kuno itu telah berkembang selama ribuan tahun. Dalam Hindu banyak dewa yang dipuja, tetapi hanya ada tiga dewa utama, yakni Brahmana, Shiwa, dan Wishnu. Hinduisme merupakan kepercayaan yang sangat popular di India, kira-kira sekitar 450 juta dari semua jumlah 520 juta penganutnya di seluruh dunia (Pudjawijatna, 1986: 54).

b.      Buddha
Pencetus ajaran Buddha ialah Sidarta Gautama (kira-kira 563-483) sebagai akibat dari ketidakpuasannya terhadap penjelasan para guru Hinduisme tentang kejahatan yang sering menimpa manusia. Setelah melakukan hidup bertapa dan meditasi selama enam tahun, secara tiba-tiba dia menemukan gagasan dan jawaban dari pertanyaannya. Gagasan-gagasan itulah yang kemudian menjadi dasar-dasar agama Hindu (Samuel Smith, 1986: 12).
Dalam pemurnian keadaan menjadi sempurna, Buddha menyebarkan 8 jalur yang mulia:
a)      Pandangan yang benar (pengetahuan tentang apa-apa yang jahat dan bagaimana caranya menghindarkannya),
b)      Aspirasi yang benar (motivasi yang benar untuk menaklukkan perbuatan-perbuatan yang baik hati),
c)      Berbicara yang benar (menjauhi bohong, fitnah, gunjingan, dan kata-kata yang hina),
d)      Berbuat yang benar (menjauhi pencurian, mabuk, melukai makhluk-makhluk hidup, dan moral seksual),
e)      Mata pencaharian yang benar (menghindari pekerjaan yang berbahaya, perbudakan dan karier militer),
f)     Berusaha yang benar (usaha untuk menghapuskan emosi-emosi yang jahat, untuk memperbaiki kebiasaan-kebiasaan yang baik),
g)      Kesadaran yang benar (menghapuskan rasa kekesalan),
h)      Renungan yang benar.
Apabila delapan ajaran itu dipelajari, maka manusia akan menjadi mulia dan sempurna. Karena filsafat Buddha berkeyakinan bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini terliputi oleh sengsara yang disebabkan oleh “cinta” terhadap suatu yang berlebihan.

c.       Taoisme
Pendiri Taoisme ialah Lao Tse, lahir pada tahun 604 SM. Tulisannya yang mengandung makna filsafat adalah jalan Tuhan atau sabda Tuhan, Tao ada dimana-mana, tetapi tidak berbentuk dan tidak dapat pula diraba, tidak dapat dilihat dan didengar. Peperangan Lao Tse hanya memusnahkan manusia saja, kebahagiaan hidup sulit dicapai dengan peperangan (Jumhur & Danasaputra, 1979: 18). Karenanya, dalam buku tentang Tao, dijelaskan bahwa kekuatan yang selalu berubah disebut Tao, yang jelas bekerja diseluruh jagatraya, sedangkan kekuatan pribadi yang berasal dari kebersesuaian dengan Tao disebut Te (Wing, 1987).
Taoisme menganggap bahwa alam semesta sebagai system yang sempurna dan ideal berjalan menurut kekuatan bertuhan. Surgapun mempunyai hukum alam sendiri. Tetapi hukum tentang manusia dan dunia semacam itu di bawah kekuasaan dan kendali Tao, yang memberi petunjuk dan merupakan hukum yang memerintah alam semesta ini.

d.      Shinto
Shinto merupakan salah satu kepercayaan yang banyak dipeluk masyarakat Jepang. Shinto merupakan agama (kepercayaan) yang utama di Jepang, di samping Buddhisme. Sejak abad ke-19 Shinto telah mendapat status sebagai agama resmi Negara, yang menitik beratkan pemujaan alam dan pemujaan leluhur. Agama Shinto memiliki banyak upacara keagamaan yang sederhana, pemberian kurban yang khidmat dan upacara di tempat suci yang dipersembahkan kepada dewa matahari, sungai-sungai, pohon-pohon, pahlawan-pahlawan dan sejenisnya, dengan tujuan agar memperoleh panen yang baik, perlindungan dan kemurahan hati (Smith, 1986: 15).
Agama Shinto memiliki ajaran-ajaran moral sebagai berikut:
1.      Jangan melanggar keinginan terhadap Tuhan.
2.      Jangan lupa kewajiban.
3.      Jangan melangar pernyataan Negara.
4.      Jangan lupa atas kebaikan yang mendalam dari Tuhan.
5.      Jangan lupa bahwa ala mini merupakan satu keluarga besar.
6.      Jangan lupa atas keterbatasan-keterbatasan diri.
7.      Meskipun orang lain marah, kamu jangan menjadi marah.
8.      Jangan malas dalam urusan bisnismu.
9.      Jangan menjadi seseorang yang melakukan kesalahan dalam mengajar.
10.  Jangan terbuai dengan ajaran-ajaran luar negeri (Dixen, 1988: 64)

2.      Timur Tengah
a.      Yahudi
Yahudi berasal dari nama seorang putra Ya’kub, Yahuda, putra keempat dari 12 orang bersaudara. 12 orang inilah yang kelak menjadi nenek moyang bangsa Yahudi, yang terdiri dari 12 suku bangsa. Bangsa Yahudi dinamakan bangsa Israel. Agama Yahudi pada prinsipnya sama dengan agama Nasrani dan agama Islam, karena itu agama Yahudi disebut juga agama kitab (samawi), yang berarti agama yang mempunyai kitab suci dari nabi.
Pemikiran-pemikiran filsafat Timur Tengah muncul sekitar 1000-150 SM. Tanda-tanda yang tampak atas keberadaan pemikiran filsafat itu ialah adanya penguraian tentang bentuk-bentuk penindasan moral dari monoteisme, peredaran, kebenaran dan bernilai tinggi. Untuk selanjutnya, ajaran Yahudi tersebut mengalami penyesuaian dengan filsafat Helenismenya Philo (30-50). Philo adalah keluarga iman kelahiran Alexandria. Menurut Philo, sedikit manusia yang dapat menguraikan tentang Allah secara positif, yaitu bahwa Dia itu Esa, tidak tersusun dari bagian-bagian. Dia mempunyai kesempurnaan yang amat tinggi akan keindahan asali, kebaikan yang mutlak dan kemahakuasaan dan pada Allah ada aksi kerja (Hadiwijono, 1990: 64).
Lebih kurang 200 tahun SM, di Palestina telah tumbuh berbagai lembaga pendidikan yang belajar dan mempelajari syari’at dan hukum-hukum Torah. Lembaga pendidikan itu muncul untuk mengimbangi pengaruh ajaran filsafat dan kebudayaan kaum Yahudi, yang sudah mengalami kemajuan di bidang pendidikan.

b.      Kristen
Pengikut agama Kristen pada waktu itu setelah berkembang, pengikutnya pun merambah ke kelangan atas ahli pikir, zaman ini disebut zaman Patristik. Pater berarti bapa, yaitu bapa para gereja. Para filosof Kristen pada masa itu mempunyai identitas yang bervariasi dan mempunyai banyak aliran pemikiran. Namun dalam hal-hal tertentu mereka mempunyai persamaan dalam bertindak, antara lain:
a)      Semua mengajarkan adanya penetapan mutlak ruh sebagai asas segala yang baik dan benda sebagai asas bagi segala yang jahat.
b)      Penciptaan bukan dilakukan oleh Allah, namun oleh kaum ruhaniwan yang lebih rendah,
c)      Kelepasan hanya terbatas pada sekelompok kecil orang yang berhasil naik dari iman ke pengetahuan. (Hadiwijono, 1991: 72).
Agama Kristen ini mempunyai kitab suci yang dikenal dengan perjanjian lama dan perjanjian baru. Perjanjian Lama diperkirakan sudah ada sejak abad 16-40 SM. Bahasa yang dipakai yaitu bahasa Ibrani. Kitab suci agama Kristen ini bernama Injil, yang diturunkan kepada Isa Al-Masih guna dijadikan tuntunan bagi Bani Israil. Injil yang dianggap sah oleh gereja itu ada 4 yaitu:
1.      Injil karangan Markus ditulis tahun 60.
2.      Injil karangan Matius ditulis tahun 70.
3.      Injil karangan Lukas ditulis tahun 95.
4.      Injil karangan Yahya ditulis tahun 100.

3.      Romawi dan Yunani : Antromorpisme
Antromorpisme merupakan suatu paham yang menyamakan sifar-sifat yang ada pada manusia (yang diciptakan). Pada akhir zaman kuno atau zaman pertengahan filsafat barat dikuasai oleh pemikiran kristiani. Aliran-aliran filsafat yang mempunyai pengaruh sangat besar di Roma adalah:
a.       Epistemology, yang dimotori oleh Epicurus (341-270). Epicurus mengatakan bahwa rasa suka akan dimiliki apabila hidup secara relevan dengan alam manusia.
b.      Aliran Stoa, yang dipelopori oleh Zeni (336-246). Aliran ini mempunyai pendapat bahwa adanya kebajikan itu apabila manusia hidup sesuai dengan alam.
Sejarah romawi kuno bersumber pada legenda yang dikisahkan dalam bentuk syair karya seorang pujangga besar romawi Vergelius yang berjudul Aenied. Pada abad ke-2 Masehi, kekaisaran romawi barat berada di puncak kejayaan. Bagi orang Romawi, kemanusiaan telah membuat kemajuan besar dalam bidang-bidang etis sosial dan cultural. Pada pendidikan lama romawi, anak-anak laki-laki maupun perempuan dididik di rumah hingga tujuh tahun, untuk membiasakan yang baik dalam hal pembicaraaan dan perbuatan. Saat itu, pendidikan yang penting bagi anak Romawi adalah yang berguna, yang menguntungkan Negara, menjaga agama dan kesusilaan.
Dalam sejarah, filsafat Yunani dipakai sebagai penangkal sejarah (Poedjawijatna, 1986: 22) karena dunia Barat (Eropa Barat) dalam alam pemikiran meraka berpangkal pada pikiran Yunani. Di Yunani, sejak sebelum permulaan tahun Masehi, ahli-ahli pikir mencoba menerka teka-teki alam, mereka ingin mengetahui apa asal mula alam serta dengan mengisinya.

1.      Idealisme
Tokoh aliran idealisme adalah Plato (427-374 SM). Ia adalah murid Socrates (Ali, 1996: 23). Aliran idealisme merupakan suatu aliran filsafat yang mengagungkan jiwa.

2.      Materialisme
Tokoh-tokoh aliran materialisme adalah Leukipos dan Demokritus (460-370 SM). Aliran materialisme merupakan aliran filsafat yang berisikan tentang ajaran kebendaan. Menurut aliran ini benda merupakan sumber segalanya (Poerwadarminta, 1984: 683). Aliran ini berpikiran sederhana bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini dapat dilihat atau diobservasi, baik wujudnya, gerakannya, maupun peristiwa-peristiwanya.

3.      Rasionalisme
Pelopor aliran ini adalah Rene Descrates (1595-1650).  Menurutnya yang dapat dijadikan patokan dan diuji kebenarannya adalah rasio. Aliran ini berpendapat bahwa sumber pengetahuan itu terletak pada akal. Sedangkan kesadaran terbentuk dalam wadah-wadah pengetahuan, yaitu ide-ide.

B.     Pemikiran Filsafat Yunani Kuno Hingga Abad Pertengahan
Suatu pandangan teoretis itu mempunyai hubungan erat dengan lingkungan di mana pemikiran itu dijalankan, begitu juga lahirnya filsafat Yunani pada ke–6 SM. Bagi orang yunani, filsafat merupakan ilmu yang meliputi semua pengetahuan ilmiah. Di Yunanilah pemikiran ilmiah mulai tumbuh, terutama di bidang filsafat pendidikan. 
Menurut Poedjawijawa (1983: 23 – 25), filsuf-filsuf alam yang terkenal pada masa ini adalah:
1.      Thales (624 – 548 SM), yang berpendapat bahwa intisari alam ini ialah air.
2.      Anaximandros, yang menyatakan bahwa dasar pertama alam ialah zat yang tak tertentu sifat–sifatnya, yang dinamakan to apeiron.
3.      Anaximenes (590- 528 SM), yang mengatakan bahwa intisari alam adalah udara, karena udaralah yang meliputi alam dan udara pula yang menjadi dasar hidup bagi manusia untuk bernafas.
4.      Pitagoras, yang menyatakan bahwa dasar segala sesuatu ialah bilangan.
5.      Heraklitos, yang mengatakan bahwa segala sesuatu di dunia ini berubah. Tak ada sesuatu yang tetap. Intisari dunia adalah api.
6.      Parmenides, ia dilahirkan di Elea. Parmenides mengakui adanya pengetahuan yang bersifat tidak tetap dan berubah-ubah, serta pengetahuan mengenai yang tetap; pengetahuan budi dan pengetahuan indra.

C.     Pemikiran Filsafat Pendidikan Menurut Socrates (470-399SM)
Dalam sejarah filsafat, Socrates adalah salah seorang pemikir besar kuno (470-399 SM) yang gagasan filosofis dan metode pengajarannya sangat mempengaruhi teori dan praktik pendidikan di seluruh dunia barat. Socrates lahir Athena, merupakan putra seorang pemahat dan seorang bidan yang tidak begitu dikenal, yaitu Sophonicus dan Phaenarete (Smith, 1986: 19).
Prinsip dasar pendidikan, menurut Socrates, adalah metode diakletis. Metode ini digunakan Socrates sebagai dasar teknis pendidikan yang direncanakan untuk mendorong seseorang belajar berpikir secara cermat, untuk menguji coba dirri sendiri dan untuk memperbaiki pengetahuannya. Metode ini tidak lain digunakan untuk meneruskan intelaktualitas. Dengan kata lain, tujuan pendidikan yang benar adalah untuk merangsang penalaran yang cermat dan disiplin mental yang akan menghasilkan perkembangan intelektual yang terus-menerus dan standar moral yang tinggi (Smith, 1986: 25).
Dalam pendidikan, Socrates menggunakan system atau cara berpikir yang bersifat induksi, yaitu menyimpan pengetahuan yang bersifat umum dengan berpangkal dari banyak pengetahuan tentang hal khusus.


D.    Pemikiran Filsafat Pendidikan Menurut Plato (427-347 SM)
Plato dilahirkan dalam keluarga aristokrasi di Athena, sekitar 427 SM. Ayahnya, Ariston, adalah keturunan dari raja pertama Athena yang pernah berkuasa pada abad ke-7 SM. Sementara ibunya, Perictions, adalah keturunan keluarga Solon, seorang pembuat undang-undang, penyair, memimpin militer dari kaum nigrat dan pendiri dari demokrasi Athena terkemuka (Smith, 1986:29).

Menurut Plato, tujuan pendidikan adalah untuk menemukan kemampuan-kemampuan ilmiah setiap individu dan melatihnya sehingga ia menjadi seorang warga Negara yang baik, masyarakat yang harmonis, yang melaksanakan tugas-tugasnya secara efesien sebagai seorang anggota masyarakat. Menurut Plato, pendidikan direncanakan dan deprogram menjadi tiga tahap sesuai tingkat usia. Pertama, pendidikan yang diberikan kepada taruna hingga hingga sampai dua puluh tahun. Kedua, dari usia dua puluh tahun sampai tiga puluh tahun. Ketiga, dari tiga puluh tahun samapi empat puluh tahun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar