Rabu, 18 Juni 2014

Proposal Penelitian

PENGARUH PEMBERIAN EKSPERIMEN DEMONSTRASI  DALAM PENGAJARAN FISKA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII DI SMP N 1 MAKARTIJAYA


1.      Latar Belakang
Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan bangsa yang bersangkutan, sesuai dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat. Dalam keadaan yang seperti ini kita menyadari bahwa pendidikan merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi, sebab melalui sector pendidikan akan dihasilkan tenaga tenaga yang berkualitas dan mampu membangun bangsa dan negarannya. Karena pendidikan sangat penting bagi kemajuan suatu bangsa, tidak terkecuali di Indonesia. Oleh karena itu pemerintah Indonesia selalu berupaya meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
Beberapa upaya yang dilakukan pemerintah diantaranya mengeluarkan peraturan perundang-undangan baru tentang pendidikan, memperbaiki kurikulum setiap lima tahun, meningkatkan kemampuan para pendidik, dan memperbaiki sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam kegiatan pendidikan. Upaya –upaya ini dilakukan agar terbentuk kegiatan belajar mengajar yang baik dan diharapkan terjadi peningkatan kualitas hasil belajar. Pemerintah juga melakukan upaya dengan memberikan fasilitas-fasilitas laboraturium dan isinya sebagai penunjang proses pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar tercipta suasana proses pembelajaran yang lebih efektif dan koefesien dalam pelajaran di sekolah dalam hal ini Sekolah Menengah Pertama ( SMP ).
Namun apakah benar fasilitas laboraturium disekolah sudah memenuhi syarat dan berjalan efektif sebagaimana mestinya, sebagai penunjang proses pembelajaran yang lebih efektif. Fakta yang didapat masih banyak sekolah-sekolah yang tidak memperhatikan fasilitas laboratorium dan memanfaatkannya semaksimal mungkin, sehingga banyak fasilitas laboraturium yang terbengkalai sia-sia tidak dipergunakan. khususnya pada mata pelajaran fisika di SMP.
Pembelajaran ilmu Fisika pada siswa SMP memberikan suatu tantangan yang besar bagi para pengajarnya. Hal itu disebabkan oleh sebagian besar materi ilmu Fisika terdiri dari dari konsep-konsep yang abstrak yang harus diajarkan dalam waktu yang relatif singkat. Keterbatasan waktu juga menyebabkan pembelajaran beberapa konsep ilmu fisika mengacu pada transfer pengetahuan untuk mengejar target kurikulum. Selain itu sebagian besar guru pada prakteknya masih mengajar menggunakan metode ceramah. Transfer pengetahuan seperti ini tidak dapat mendorong siswa untuk berpikir kritis dan menerapkan kecakapan hidup, siswa menjadi pasif, tidak termotivasi, dapat menimbulkan rasa membosankan dan menakutkan bagi siswa karena banyak rumus fisika dan konsep-konsep abstrak yang harus dihafalkan. Jika hal ini berlangsung terus menerus, tentu akan menurunkan kualitas proses dan hasil belajar fisika.
Hakekat IPA pada dasarnya menyangkut hasil dan proses (Rustaman, 1995). Kegiatan praktikum menurut Trowbridge &Bybee (1990 : 230-240) merupakan kegiatan yang berperan dalam mengembangkan ketrampilan proses siswa. Dengan demikian, pelaksanaan praktikum di sekolah masih dinilai sangak kurang di sekolah-sekolah khususnya pada sekolah SMP.
Dengan melihat kenyataan yang demikian maka guru berusaha untuk menerapkan efektifitas praktikum pada siswa untuk saling mengamati  pada proses pembelajaran fisika. Metode tersebut dipilih karena dapat meningkatkat kualitas proses dan hasil pembelajaran. Peningkatan kualitas proses dapat diamati dari meningkatnya partisipasi dan motivasi siswa dalam proses pembelajaran; sedangkan kualitas hasil belajar dapat diketahui dari adanya peningkatan rata-rata hasil belajar.
Berdasarkan beberapa kesulitan siswa memahami materi dan menerapkan konsep Fisika pada materi optik, maka metode eksperimen diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Oleh sebab itu, peneliti melakukan penelitian tentang :
Pengaruh Pemberian Eksperimen Demonstrasi  Dalam Pengajaran Fiska Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII di Smp N 1 Makarti Jaya .




2.      Masalah Dan Pembatasan Masalah
2.1.            Identifikasi Masalah
            Dari uraian latar belakang diatas dapat diidentifikasikan    permasalahan sebagai berikut :
1.      Pembelajaran Fisika di kelas masih cenderung monoton.
2.      Belum ada kolaborasi  yang bagus antara guru dan siswa.
3.      Masih rendahnya kualitas proses belajar siswa pada pelajaran Fisika
4.      Masih rendahnya prestasi belajar siswa pada pelajaran Fisika.

2.2.            Rumusan Masalah
Masalah yang akan dicari penyelesaiannya pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
”Apakah penggunaan metode eksperimen demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar Fisika  materi optik pada siswa kelas VIII semester 2 SMP N 1 Makarti Jaya ?”

2.3.            Pembatasan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak meluas dan menyimpang pada sasaran penelitian serta tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda maka peneliti membatasi permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yakni :
1.      Penerapan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pelaksanaan metode eksperimen demonstrasi pada pelajaran fisika pokok bahasan optik pada siswa kelas VIII semester 2 SMP N 1 Makarti Jaya.
  1. Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester 2 SMP N 1 Makarti Jaya Tahun pelajaran 2012 – 2013.
  2. Mata pelajaran yang akan diteliti adalah mata pelajaran fisika pokok bahasan optik pada siswa kelas VIII semester 2 SMP N 1 Makarti Jaya.

3.      Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar Fisika pada siswa kelas VIII semester 2 SMP N 1 Makarti Jaya. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :

a.       Meningkatkan kualitas proses belajar Fisika materi optik pada siswa kelas VIII semester 2 SMP N 1 Makarti Jaya melalui penerapan metode eksperimen demonstrasi.
b.      Meningkatkan kualitas hasil belajar Fisika materi optik pada siswa kelas VIII semester 2 SMP N 1 Makarti Jaya melalui penerapan metode eksperimen.

4.      Manfaat Hasil Penelitian
4.1.         Bagi siswa :
v  Dapat meningkatkan kualitas proses belajar Fisika pada materi optik.
v  Dapat meningkatkan hasil belajar Fisika pada materi optik.
v  Dapat meningkatkan ketrampilan / psikomotor.
v  Dapat meningkatkan prestasi siswa dalam pelajaran fisika materi optik.

4.2.         Bagi guru:
v  Dapat digunakan untuk menambah wawasan dalam usaha peningkatan proses kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan tuntas dan baik.
v  Dapat meningkatkan kreatifitasnya dengan menerapkan metode eksperimen demonstrasi.
v  Menumbuhkan budaya meneliti pada guru.

5.      Tinjauan Pustaka
5.1.         Landasan Teori
5.1.1.      Hakikat Fisika
Pada dasarnya cabang cabang ilmu berkembang dari dua cabang utama, yakni filsafat alam dan filsafat moral. Filsafat alam kemudian menjadi rumpun rumpun ilmu ilmu alam ( natural sciences ) yang kemudian membagi diri kepada dua kelompok yakni ilmu alam ( the physical sciences ) dan ilmu hayat ( the biological sciences ). Ilmu alam bercabagn lagi menjadi fisika, kimia, astronomi dan ilmu bumi. ( Suriasumantri, 1985 : 83)
            Fisika merupaklan ilmu pengetahuan tentang kejadian maupun unsure unsure alam yang didasarkan atas penelitian dan penalaran logis. Berdasarkan penelitian dan penalaran logis, fisika dapat menganalisa dan menerangkan struktur dan peristiwa alam yang kemudian dirumuskan menjadi pengertian pengertian ( konsep konsep ), hipotesis, hokum, teori dan persamaan persamaan matematika sebagai terjemahan dari buku fisika. Menurut Gerthsen yang dikutip oleh Herbert Druxes, menyatakan bahwa “ fisika adalah suatu teori yang menerangkan gejala alam besederhana dan berusaha menemukan anatara kenyataan kenyataan. Persyaratan dasar dalam memecahkan persoalan adalah dengan menagamati kgejala tersebut”. ( Druxes, 200:11 )
            Mata pelajaran fisika merupakan mata pelajaran yang banyak mengandung konsep, definisi dan rumus. Oleh karena itu, pengetahuan dasar aljabar dan trigonometri merupakan factor dasar dalam aspek kualitatif mata pelajaran fisika. Sebagai salah satu cabang sains fisika merupakan ilmu pengetahuan yang paling mendasar. “ Physics is the most basic of the science “. (Giancoli, 1995 ). Fisika adalah pelajaran tentang kejadian alam, yang memungkinkan penelitian dengan percobaan, pengukuran apa yang didapat, penyajian secara matematis, dan berdasarkanperaturan peraturan umum ( Brochaus : 1972 dalam Soeparmo : 1986 )
            Dalam  Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) dijelaskan bahwa pembelajaran fisika dapat mengembangkan kemampuan berfikir analitis deduktif dengan menggunakan berbagai peristiwa alam dan penyelesaian masalah baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif dengan menggunakan matematika serta dapat mengembangkan pengetahuan, ketrampilan dan percaya diri.

5.1.2.      Proses Pembelajaran Fisika
            Proses adalah tahapan-tahapan yang dilalui dan dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah dalam rangka menemukan suatu kebenaran.
Proses pembelajaran Fisika yang dilakukan oleh para guru pada umumnya masih didominasi oleh kegiatan ceramah yang dilanjutkan dengan latihan soal-soal. Metode pembelajaran seperti itu memberi kecenderungan siswa untuk menghafal tentang konsep Fisika tetapi belum tentu memahami dengan baik, menjadikan siswa pasif dan hasil belajar fisikanya pun rendah. Pada pembelajaran pemantulan cahaya pada cermin datar misalnya, siswa dapat menghafal sifat-sifat bayangan yang dibentuk oleh sebuah cermin datar, tetapi belum tentu dapat menjelaskan bagaimana proses pembentukan bayangan juga sifat-sifat bayangan yang dibentuk oleh dua cermin datar pada sudut tertentu.
            Menurut Tobin etal (dalam Dasna dan Fatchan, 2008), berdasarkan pandangan konstruktivistik dinyatakan bahwa pengetahuan atau pengertian yang diperoleh siswa adalah sebagai akibat dari konsep konstruktif (aktif) yang berlangsung terus menerus dengan cara mengatur, menyusun dan menata ulang pengalaman yang dikaitkan dengan struktur koqnitif yang dimiliki.
                  Dari pandangan tersebut dapat diketahui bahwa proses pembelajaran dalam kelas hendaknya berorientasi pada siswa karena merekalah yang menyusun konsep-konsep yang ditemukan. Guru sebagai fasilitator dapat membantu siswa mempermudah pemahaman dan memberikan arahan agar tidak terjadi kesalahan konsep.

5.1.3.      Metode Eksperimen Demonstrasi
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (1995) metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Kemudian Mulyani Sumantri, dkk (1999) mengatakan bahwa metode eksperimen diartikan sebagai cara belajara mengajar yang melibatkan siswa dengan mengalami dan membuktikan sendiri proses dan hasil percobaan. Menurut Roestiyah (2001:80) Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, di mana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru.
Menurut Schoenherr (1996) yang dikutip oleh Palendeng (2003:81) metode eksperimen adalah metode yang sesuai untuk pembelajaran sains, karena metode eksprimen mampu memberikan kondisi belajar yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir dan kreativitas secara optimal. Siswa diberi kesempatan untuk menyusun sendiri konsep-konsep dalam struktur kognitifnya, selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupannya.
Metode Eksperimen menurut Al-farisi (2005:2) adalah metode yang bertitik tolak dari suatu masalah yang hendak dipecahkan dan dalam prosedur kerjanya berpegang pada prinsip metode ilmiah. Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Juga siswa dapat terlatih dalam cara berfikir yang ilmiah. Dengan eksperimn siswa menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajarinya.
Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen siswa diberikan kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek keadaan atau proses tertentu.
Dari uraian diatas maka terlihat bahwa metode eksperimen berbeda dengan metode eksperimen berbeda dengan metode demonstrasi. Kalau metode demonstrasi hanya menekankan pada proses terjadinya dan mengabaikan hasil, sedangkan pada metode eksperimen penekanannya adalah kepada proses sampai kepada hasil.
Eksperimen atau percobaan yang dilakukan tidak selalu harus dilaksanakan didalam laboratoriom tetapi dapat dilakukan pada alam sekitar. Contoh : untuk mengetahui bahwa tumbuhan dapat menerima rangsanagan, siswa anda dapat dibawa kehalaman sekolah yang ada tumbuhan sekejut (Mimosa Spec). Daun patah tulang atau kamboja bila dipatahkan akan mengeluarkan getah. Begitu pula dengan batang karet yang disadap.
Agar penggunaan metode eksperimen itu efisien dan efektif, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1.      Dalam eksperimen setiap siswa harus mengadakan percobaan, maka jumlah alat dan bahan atau materi percobaan harus cukup bagi tiap siswa.
2.      Agar eksperimen itu tidak gagal dan siswa menemukan bukti yang meyakinkan, atau mungkin hasilnya tidak membahayakan, maka kondisi alat dan mutu bahan percobaan yang digunakan harus baik dan bersih.
3.      Dalam eksperimen siswa perlu teliti dan konsentrasi dalam mengamati proses percobaan , maka perlu adanya waktu yang cukup lama, sehingga mereka menemukan pembuktian kebenaran dari teori yang dipelajari itu.
4.      Siswa dalam eksperimen adalah sedang belajar dan berlatih , maka perlu diberi petunjuk yang jelas, sebab mereka disamping memperoleh pengetahuan, pengalaman serta ketrampilan, juga kematangan jiwa dan sikap perlu diperhitungkan oleh guru dalam memilih obyek eksperimen itu.
5.      Tidak semua masalah bisa dieksperimenkan, seperti masalah mengenai kejiwaan, beberapa segi kehidupan social dan keyakinan manusia. Kemungkinan lain karena sangat terbatasnya suatu alat, sehingga masalah itu tidak bias diadakan percobaan karena alatnya belum ada.
Menggunakan metode eksperimen dalam proses pembelajaran dikatakaa tepat apa bila :
1.      Ingin memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat mengalami sendiri, mengikutisuatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek keadaan atau proses tertentu.
2.      Menumbuhkan dan mengembangkan cara berpikir rasional dan ilmiah siswa dalam proses pembelajaran.
3.      Guru menginginkan agar siswa mencoba mengerjakan sesuatu, mengamati proses dan hasil percobaan.

5.1.4.      Kelebihan Dan Kekurangan Metode Eksperimen Demonstrasi

Kelebihan-kelebihan yang dimiliki pada metode eksperimen demonstrasi antara lain adalah sebagai berikut :

1.      Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku.
2.      Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi.
3.      Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil percobaan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.
4.      Anak didik memperoleh pengalaman dan keterampilan dalam melakukan eksperimen.
5.      Siswa terlibat aktif mengumpulkan fakta dan informasi yang diperlukan untuk percobaan.
6.      Dapat menggunakan dan melaksanakan prosedur metode ilmiah dan berfikir ilmiah
7.      Dapat memperkaya pengalaman dan berpikir siswa dengan hal-hal yang bersifat objektif, realitas dan menghilangkan verbalisme.

Kekurangan-kekurangan yang dimiliki pada metode eksperimen demonstrasi antara lain adalah sebagai berikut :

1.      Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik berkesempatan mengadakan ekperimen.
2.      Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus menanti untuk melanjutkan pelajaran.
3.      Kesalahan dan kegagalan siswa yang tidak terdeteksi oleh guru dalam bereksperimen berakibat siswa keliru dalam mengambil kesimpulan
4.      Sering mengalami kesulitan dalam melaksanakan eksperimen karena guru dan siswa kurang berpengalaman melakukan eksperimen.
5.      Kesalahan dan kegagalan siswa yang tidak terdeteksi oleh guru dalam bereksperimen berakibat siswa keliru dalam mengambil keputusan.

5.1.5.      Prosedur Eksperimen Demonstrasi
Menurut Roestiyah (2001:81) prosedur eksperimennya adalah :
1.      Perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan eksprimen,mereka harus memahami masalah yang akan dibuktikan melalui eksprimen.
2.      Memberi penjelasan kepada siswa tentang alat-alat serta bahan-bahan yang akan dipergunakan dalam eksperimen, hal-hal yang harus dikontrol dengan ketat, urutan eksperimen, hal-hal yang perlu dicatat.
3.      Selama eksperimen berlangsung guru harus mengawasi pekerjaan siswa. Bila perlu memberi saran atau pertanyaan yang menunjang kesempurnaan jalannya eksperimen.
4.      Setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil penelitian siswa, mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi dengan tes atau tanya jawab.
Dalam metode eksperimen, guru dapat mengembangkan keterlibatan fisik dan mental, serta emosional siswa. Siswa mendapat kesempatan untuk melatih ketrampilan proses agar memperoleh hasil belajar yang maksimal. Pengalaman yang dialami secara langsung dapat tertanam dalam ingatannya. Keterlibatan fisik dan mental serta emosional siswa diharapkan dapat diperkenalkan pada suatu cara atau kondisi pembelajaran yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan juga perilaku yang inovatif dan kreatif.
Pembelajaran dengan metode eksperimen melatih dan mengajar siswa untuk belajar konsep fisika sama halnya dengan seorang ilmuwan fisika. Siswa belajar secara aktif dengan mengikuti tahap-tahap pembelajarannya. Dengan demikian, siswa akan menemukan sendiri konsep sesuai dengan hasil yang diperoleh selama pembelajaran.
5.1.6.      Tahap Eksperimen Demonstrasi
Pembelajaran dengan metode eksperimen menurut Palendeng (2003:82) meliputi tahap-tahap sebagai berikut :
1.      Percobaan awal, Pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan yang didemonstrasikan guru atau dengan mengamati fenomena alam. Demonstrasi ini menampilkan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi fisika yang akan dipelajari.
2.       Merupakan, kegiatan siswa saat guru melakukan percobaan. Siswa diharapkan untuk mengamati dan mencatat peristiwa tersebut.
3.      Hipoteis awal, siswa dapat merumuskan hipotesis sementara berdasarkan hasil pengamatannya.
4.      Verifikasi, kegiatan untuk membuktikan kebenaran dari dugaan awal yang telah dirumuskan dan dilakukan melalui kerja kelompok. Siswa diharapkan merumuskan hasil percobaan dan membuat kesimpulan, selanjutnya dapat dilaporkan hasilnya. Aplikasi konsep , setelah siswa merumuskan dan menemukan konsep, hasilnya diaplikasikan dalam kehidupannya. Kegiatan ini merupakan pemantapan konsep yang telah dipelajari.
5.      Evaluasi, merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu konsep.
Penerapan pembelajaran dengan metode eksperimen akan membantu siswa untuk memahami konsep. Pemahaman konsep dapat diketahui apabila siswa mampu mengutarakan secara lisan, tulisan, , maupun aplikasi dalam kehidupannya. Dengan kata lain , siswa memiliki kemampuan untuk menjelaskan, menyebutkan, memberikan contoh, dan menerapkan konsep terkait dengan pokok bahasan.

5.1.7.      Prestasi Belajar
Hasil belajar adalah nilai (perubahan) yang dicapai oleh siswa setelah berlangsungnya proses belajar Fisika. Hasil belajar merupakan indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai siswa, juga sebagai indikator terhadap daya serap siswa.
Prestasi belajar tidak hanya nilai dari hasil belajar saja yang bagus tetapi diperhatika juga pada proses pembelajaran yang berlangsung. Selain hasil belajar yang di targetkan untuk metode ini tetapi juga proses pembelajaran yang berlang juga di perhatikan agar siswa dapat memahami konsep secara sepenuhnya, tidak hanya menghafal rumus saja tetapi dapat memahami konsep dan siswa tidak salah persesepsi konsep pada materi yang di berikan. Selain hasil belajar dan proses belajar yang di targetkan, ada juga target lain yakni dengan adanya metode eksperimen demonstrasi ini siswa bisa mempraktikkan dalam kehidupan sehari-hari guna mempermudah pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.

6.      Prosedur Penelitian
6.1.            Variabel Penelitian
“Variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian” (Arikunto, 2006: 96).
            Adapun variabel yang digunakan pada penelitian memiliki satu variabel bebas dan satu variabel terikat, dimana kedua variabel tersebut adalah:
1.      Variabel bebas             : Penggunaan metode eksperimen demonstrasi.
2.      Variabel terikat           : Prestasi belajar siswa.
6.2.            Difinisi Oprasional Variabel
Metode Eksperimen menurut Al-farisi (2005:2) adalah metode yang bertitik tolak dari suatu masalah yang hendak dipecahkan dan dalam prosedur kerjanya berpegang pada prinsip metode ilmiah. Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Juga siswa dapat terlatih dalam cara berfikir yang ilmiah. Dengan eksperimn siswa menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajarinya.
Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen siswa diberikan kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek keadaan atau proses tertentu.
Hasil belajar adalah nilai (perubahan) yang dicapai oleh siswa setelah berlangsungnya proses belajar Fisika. Hasil belajar merupakan indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai siswa, juga sebagai indikator terhadap daya serap siswa.
Prestasi belajar tidak hanya nilai dari hasil belajar saja yang bagus tetapi diperhatika juga pada proses pembelajaran yang berlangsung. Selain hasil belajar yang di targetkan untuk metode ini tetapi juga proses pembelajaran yang berlang juga di perhatikan agar siswa dapat memahami konsep secara sepenuhnya, tidak hanya menghafal rumus saja tetapi dapat memahami konsep dan siswa tidak salah persesepsi konsep pada materi yang di berikan.

6.3.            Populasi dan Sampel
6.3.1.      Popolasi
Menurut Sudjana (1996:6) dalam bukunya statistik dasar, mengemukakan pendapat tentang populasi adalah sekumpulan objek yang akan diteliti.
Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya.
Dari pendapat diatas, maka peneliti mengambil data dengan penelitian populasi yaitu siswa kelas VIII SMP N 1 Makarti Jaya dimana terdapat tiga kelas VIII yang terdiri dari kelas VIII.1 jumlah siswa 38 orang, VIII.2 jumlah siswa 39 orang, dan VIII.3 jumlah siswa 36 orang.

6.3.2.      Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006: 131). Sampel dalam penelitian ini, peneliti akan mengambil salah satu dari kelas VIII, yakni kelas VIII.3 sebagai sampel penelitian secara acak sederhana (Simple Radom Sampling) karena di sekolah SMP N 1 Makarti Jaya kelas VII populasinya homogen di setiap kelasnya.

6.4.            Metode Penelitian
 “Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian” (Arikunto, 2002: 136).
            Dalam penelitian ini hanya ada satu kelas yaitu kelas yang menjadi eksperimen yang dilaksanakan tanpa ada kelas control (kelas pembanding) yaitu yang diterapkan model pembelajaran eksperimen demonstrasi pada pembelajaran fisika mata pelajaran optik di SMP N 1 Makarti Jaya.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode Eksperimen Semu (Quasi Experiment) kategori One-Group Pretest-Posttest Design. Menurut Arikunto (2006:83), metode ini adalah suatu metode yang dilaksanakan pada satu waktu terhadap satu kelompok.

            Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


1.                                          Tahap Perencanaan
a)      Observasi
b)      Konsutasi dengan guru yang bersangkutan di SMP N 1 Makarti Jaya.
2.                                          Tahap Persiapan
a)      Adapun yang dilakukan dalam tahap persiapan adalah mengadakan tes awal untuk mengetahui tingkat pemahaman konsep pelajaran optik.
b)      Membuat rencana pembelajaran.
3.                                          Tahap Pelaksanaan
Peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran fisika mata pelajaran optik dengan menerapkan model pembelajaran eksperimen demonstrasi secara bertahap. di setiap akhir pertemuan peneliti memberikan refleksi dan tes kepada siswa. Selain memberikan tes sebanyak 5 soal, penelitian juga melakukan pengamatan pemahaman konsep optik siswa selama diterapkan model pembelajaran Eksperimen Demonstrasi melalui lembar observasi oleh observer. Peneliti  memberikan tes akhir yang terdiri dari 5 butir soal essay untuk memperoleh hasil belajar siswa. 
4.                                          Tahap Pelaporan
Setelah memahami pemahaman konsep optik siswa dan memberika tes akhir dan mendapatkan hasil pembelajaran dengan penerapan metode Eksperimen Demonstrasi maka peneliti dapat menyusun pelaporan pembelajaran.
6.5.            Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian tindakan ini peneliti menggunakan beberapa prosedur pengumpulan data agar memperoleh data yang objektif. Beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:
1.      Observasi        
Obsevasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Zuriah, 2003). Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek ditempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa.
Ada dua observasi yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian tindakan ini, diantaranya : (I) Obsevasi langsung, adalah pengamatan yang dilakukan dimana observer berada bersama dengan objek yang selidiki. Artinya peneliti ikut berpartisipasi secara langsung saat peristiwa terjadi. (2) Obsevasi tidak langsung, adalah observasi yang dilakukan dimana observer tidak berada bersama dengan objek yang selidiki. Tetapi, peneliti menggunakan daftar cek (Check List) dalam menggali atau mengumpulkan data ketika menggunakan terknik ini.
  1. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu prosedur terpenting untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif, sebab banyak informasi yang diperoleh peneliti melalui wawancara. Wawancara dilakukan peneliti untuk memperoleh data sesuai dengan kenyataan pada saat peneliti melakukan wawancara. Wawancara dalam penelitian ini ditujukan kepada siswa kelas VIII  dan guru - guru kelas VIII  SMP N 1 Makarti Jaya.
  1. Dokumentasi
Zuriah (2003), menjelaskan bahwa dokumentasi merupakan salah satu cara untuk mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, terutama berupa
arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil, atau hukum -hukum lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.
Data yang diambil dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Teknik pengambilan data dalam penelitian ini adalah tes. Tes merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini untuk melihat tingkat pemahaman konsep optik siswa setelah diterapkan Model Pembelajaran Eksperimen Demonstrasi. Tes yang akan diberikan adalah tes tertulis dalam soal uraian yang memiliki kriteria soal pemahaman konsep yang berjumlah 5 butir soal.
6.6.               Teknik Uji Coba Instrument
Sebelum soal diberikan kepada sampel siswa kelas VIII terlebih dahulu soal di uji cobakan pada siswa kelas lain. Hal ini untuk mengetahui validitas dan reabilitas soal-soal yang terdiri dari 5 soal uraian materi optik. Setelah selesai di uji cobakan pada siswa kelas lain maka diperoleh Validitas dan Reabilitas.

6.7.               Analisis Uji Coba Instrument
6.7.1.             Validitas Tes
Suatu instrument yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya, instrument yang kurang valid mempunyai validitas yang rendah. Penyajian validitas sebuah tes adalah menggunakan korelasi product moment dengan angka kasar.
            ….. (Arikunto, 2006:170)
Keterangan :  r xy = koefisien korelasi antara variable x dan variable y, dua variable yang dikorelasikan. 
N = Jumlah siswa uji coba,
x = skor setiap item,
y = skor total tiap butir soal.
Kemudian harga rxy dikonsultasikan dengan harga rxy product moment. Jika hitung    tabel (5%) maka butir sol tersebut valid.
Kriteria validitas sebuah instrument dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2
                                  Kriteria Validitas                                 
Interval
Kriteria
0,80 <  1,00
Sangat Tinggi
0,60 <  1,80
Tinggi
0,40 <  1,60
Cukup
0,20 <  1,40
Rendah
0,00 <  1,20
Sangat Rendah
 0,00
Tidak Valid
(Arikunto, 2009:75)


6.7.2.            Tingkat Kesukaran
Rumus yang digunakan untuk menghitung tingkat kesukaran adalah:
Dengan rumus mean:
Dimana: P = Tingkat Kesukaran
x = mean
= Jumlah skor-skor peserta didik pada suatu nomor soal.
N = Skor maksimal (modifikasi Tim Puslitbang Sisjian, 1993:23)
Klasifikasi indeks kesukaran butir soal adalah sebagai berikut:
Soal dengan P 0,00 – 0,30 = Soal sukar
Soal dengan P 0,31 – 0,70 = Soal sedang
Soal dengan P 0,71 – 1,00 = Soal mudah  (Arikunto, 2009:208-210)
6.7.3.               Daya Pembeda
Rumus yang digunakan untuk menghitung daya pembeda adalah:
Daya pembeda =
(Modifikasi Tim Puslitbang Sisjian, 1993:23)
Klasifikasi daya pembeda soal adalah:
D = 0,00 – 0,20 = Jelek
D = 0,21 – 0,70 = Baik
D = 0,71 – 1,00 = Baik sekali
Jika hasil D = Negatif, soal tersebut sangat jelek. (Arikunto, 2009:218)

6.7.4.               Uji Reliabilitas
Suatu tes dikatakan mempunyai kepercayaan yang tinggi apabila tes tersebut mempunyai hasil yang tepat. Jadi reliabilitas ini berhubungan dengan masalah ketepatan hasil. Untuk menguji reliabilitas suatu tes digunakan suatu rumus alpha:
                   . . . . . . (Arikunto, 2006:196)
Dimana             . . . . . . (Arikunto, 2006:196)
Keterangan: 
r11= reliabilitas instrument,
k = banyaknya butir pertanyaan/soal,
= Jumlah varians butir
= Varians total
Kemudian harga r11 ini dikonsultasikan dengan table r product moment, jika r11 hitung rtabel maka instrument reliabilitas.




7.      Teknik Analisis Data
           Analisis data dapat diartikan sebagai metode yang dipergunakan untuk mengelolah data sehingga proses terakhir dari pengelolaan data tersebut merupakan kesimpulan dari hasil yang didapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
           Penelitian ini adalah menggunakan rumus uji t, yang gunanya untuk penolakan atau penerimaan hipotesa nol dengan syarat bahwa sampel yang digunakan homogen dan terdistribusi normal.
                       Nilai hasil tes belajar fisika yang diperoleh pada siswa disusun dalam tabel distribusi frekuensi dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.      Menyusun rentang yaitu data terbesar dikurang data terkecil
2.      Menentukan banyak kelas interval dengan menggunakan aturan sturges yaitu banyak kelas = 1 + 3,3 log n
3.      Menentukan panjang kelas interval (P) yaitu:
 ………………… (Sudjana, 2005: 47)
Perhitungan nilai rata-rata masing-masing kelas menggunakan Rumus:
  …………………  (Sudjana, 2005: 70) (4)
Menentukan simpangan baku dengan Rumus:
 …… (Sudjana, 2005: 95) (5)
Keterangan:
= Nilai rata-rata hasil tes
xi = Tanda kelas interval
fi = Frekuensi yang sesuai dengan kelas
n = Banyak kelas
     S2 = Simpangan baku
TABEL 3
Kategori Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika
Skor Rata-rata
Kategori
91 – 100
82 – 90
61 – 80
41 – 60
0 – 40
Baik sekali
Baik
Cukup
Kurang
Sangat Kurang
(Depdiknas, 2007:32)

7.1.               Uji Normalitas
       Uji  Normalitas data bertujuan untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak. Tabel distribusi frekuensi yang dibuat diuji kenormalannya dengan menggunakan rumus kemiringan kurva atau disebut juga dengan koefesien kemiringan pearson yang ditulis dengan persamaan sebagai berikut:
  ………………………………..(Sudjana , 2005 :109)(4)
…………………….(Sudjana , 2005 :77 )(4)
Keterangan :
Km = kemiringan kurva
  =  Nilai Hasil Kelas
Mo =  Modus
S    =  Simpangan Baku
  B   =  Batas bawah kelas modal
 P   =  Panjang kelas modal
  b1 = Frekuensi kelas modal dikurangi frekuensi kelas interval dengan tanda kelas         yang lebih kecil sebelum tanda kelas modal
  b2 = Frekuensi kelas modal dikurangi frekuensi kelas interval dengan tanda  kelas lebih besar sesudah tanda kelas modal
7.2.            Uji Homogenitas
       Uji ini digunakan untuk melihat apakah kedua data kelompok mempunyai varians yang homogen atau tidak. Dirumuskan oleh Sudjana (2005: 249), yaitu:
 ………………. (Sudjana, 2005: 249) (8)   
Keterangan:
 = Varians terbesar dari hasil belajar
 = Varians terkecil dari hasil belajar
           Tolak  hanya jika  F1/2  (  ) dengan F1/2  ( ) dengan peluang 0,05  derajat kemiringan maasing-masing sesuai dengan dk pembilang dan penyebut pada rumus diatas dengan = taraf nyata.
7.3.            Uji  Hipotesis
             Untuk membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan dan untuk mendapatkan suatu kesimpulan maka data hasil tes menggunakan uji-t (student –t). Dirumuskan oleh Sudjana (2005:239):
…………………………… (Sudjana , 2005 :239)(12)
Dengan:
 …………………. (Sudjana , 2005 : 239)(12)
Keterangan:
  t   = Perbedaan rata-rata kedua sampel
  S  = Simpangan baku
       = Nilai rata-rata siswa kelas X4  
      = Nilai rata-rata siswa kelas X5
       n1 = Jumlah siswa kelas    X4
       n2  = Jumlah siswa kelas X5
S2  = Varian gabungan
     S12  = Simpangan baku kelas X4
     S22  = Simpangan Baku Kelas  X5


DAFTAR PUSTAKA


Andy. 2008. Laboratorium Fisika. Palembang: Univ. PGRI Palembang.
Arikunto, Suharsimi. 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rhineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian, Jakarta: Rhineka Cipta.
Arikunto,Suharsimi. 2006.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :      Rineka Cipta
Depdiknas. 2007. Pedoman Penilaian Hasil Belajar. Jakarta : Depdiknas
Gulo, W. 2007. Metodologi Penelitian, Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Hadi, Amirul. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan, Bandung: CV. Pustaka Setia
Siagian,Mayer.1982. Pedoman Pengelolaan Laboratorium Kimia, Fisika dan Biologi
SMTP dan SMTA. Jakarta : Karya Utama.
Sugiono, 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sugiono, 2006. Metode Penelitian Pendidikan.Bandung : Alfabeta

Sukardi.2008. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan praktiknya. Jakarta : Bumi Aksara