PENGARUH PEMBERIAN EKSPERIMEN DEMONSTRASI DALAM PENGAJARAN FISKA TERHADAP PRESTASI
BELAJAR SISWA KELAS VIII DI SMP N 1 MAKARTIJAYA
1.
Latar
Belakang
Dalam
kehidupan suatu bangsa, pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk
menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan bangsa yang bersangkutan,
sesuai dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat.
Dalam keadaan yang seperti ini kita menyadari bahwa pendidikan merupakan
kebutuhan yang harus dipenuhi, sebab melalui sector pendidikan akan dihasilkan
tenaga tenaga yang berkualitas dan mampu membangun bangsa dan negarannya.
Karena pendidikan sangat penting bagi kemajuan suatu bangsa, tidak terkecuali
di Indonesia. Oleh karena itu pemerintah Indonesia selalu berupaya meningkatkan
mutu pendidikan di Indonesia.
Beberapa
upaya yang dilakukan pemerintah diantaranya mengeluarkan peraturan
perundang-undangan baru tentang pendidikan, memperbaiki kurikulum setiap lima
tahun, meningkatkan kemampuan para pendidik, dan memperbaiki sarana dan
prasarana yang dibutuhkan dalam kegiatan pendidikan. Upaya –upaya ini dilakukan
agar terbentuk kegiatan belajar mengajar yang baik dan diharapkan terjadi
peningkatan kualitas hasil belajar. Pemerintah juga melakukan upaya dengan
memberikan fasilitas-fasilitas laboraturium dan isinya sebagai penunjang proses
pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar tercipta suasana proses pembelajaran
yang lebih efektif dan koefesien dalam pelajaran di sekolah dalam hal ini
Sekolah Menengah Pertama ( SMP ).
Namun
apakah benar fasilitas laboraturium disekolah sudah memenuhi syarat dan
berjalan efektif sebagaimana mestinya, sebagai penunjang proses pembelajaran
yang lebih efektif. Fakta yang didapat masih banyak sekolah-sekolah yang tidak
memperhatikan fasilitas laboratorium dan memanfaatkannya semaksimal mungkin,
sehingga banyak fasilitas laboraturium yang terbengkalai sia-sia tidak
dipergunakan. khususnya pada mata pelajaran fisika di SMP.
Pembelajaran ilmu Fisika pada siswa SMP memberikan
suatu tantangan yang besar bagi para pengajarnya. Hal itu disebabkan oleh
sebagian besar materi ilmu Fisika terdiri dari dari konsep-konsep yang abstrak
yang harus diajarkan dalam waktu yang relatif singkat. Keterbatasan waktu juga menyebabkan pembelajaran beberapa konsep
ilmu fisika mengacu pada transfer pengetahuan untuk mengejar target kurikulum.
Selain itu sebagian besar guru pada prakteknya masih mengajar menggunakan
metode ceramah. Transfer pengetahuan seperti ini tidak dapat mendorong siswa
untuk berpikir kritis dan menerapkan kecakapan hidup, siswa menjadi pasif,
tidak termotivasi, dapat menimbulkan rasa membosankan dan menakutkan bagi siswa
karena banyak rumus fisika dan konsep-konsep abstrak yang harus dihafalkan.
Jika hal ini berlangsung terus menerus, tentu akan menurunkan kualitas proses
dan hasil belajar fisika.
Hakekat IPA pada dasarnya
menyangkut hasil dan proses (Rustaman, 1995). Kegiatan praktikum menurut
Trowbridge &Bybee (1990 : 230-240) merupakan kegiatan yang berperan dalam
mengembangkan ketrampilan proses siswa. Dengan demikian, pelaksanaan praktikum
di sekolah masih dinilai sangak kurang di sekolah-sekolah khususnya pada
sekolah SMP.
Dengan melihat kenyataan yang
demikian maka guru berusaha untuk menerapkan efektifitas praktikum pada siswa untuk saling
mengamati pada proses pembelajaran fisika. Metode tersebut dipilih karena dapat meningkatkat kualitas proses dan
hasil pembelajaran. Peningkatan kualitas proses dapat diamati dari meningkatnya
partisipasi dan motivasi siswa dalam proses pembelajaran; sedangkan kualitas
hasil belajar dapat diketahui dari adanya peningkatan rata-rata hasil belajar.
Berdasarkan beberapa kesulitan
siswa memahami materi dan menerapkan konsep Fisika pada materi optik, maka
metode eksperimen diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Oleh sebab itu,
peneliti melakukan penelitian tentang :
“ Pengaruh
Pemberian Eksperimen Demonstrasi Dalam
Pengajaran Fiska Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII di Smp N 1 Makarti
Jaya .”
2.
Masalah Dan Pembatasan
Masalah
2.1.
Identifikasi Masalah
Dari
uraian latar belakang diatas dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut :
1. Pembelajaran Fisika di kelas masih
cenderung monoton.
2. Belum ada kolaborasi yang bagus antara guru dan siswa.
3. Masih rendahnya kualitas proses belajar
siswa pada pelajaran Fisika
4. Masih rendahnya prestasi belajar siswa
pada pelajaran Fisika.
2.2.
Rumusan
Masalah
Masalah yang akan dicari
penyelesaiannya pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
”Apakah
penggunaan metode eksperimen demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar
Fisika materi optik pada siswa kelas
VIII semester 2 SMP N 1 Makarti Jaya ?”
2.3.
Pembatasan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak meluas dan menyimpang pada
sasaran penelitian serta tidak
menimbulkan penafsiran yang berbeda maka peneliti membatasi permasalahan yang
akan dibahas dalam penelitian ini yakni :
1. Penerapan
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pelaksanaan metode eksperimen demonstrasi pada pelajaran fisika
pokok bahasan optik pada siswa kelas VIII semester 2 SMP N 1 Makarti Jaya.
- Sebagai
subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester 2 SMP N 1
Makarti Jaya Tahun pelajaran 2012 – 2013.
- Mata
pelajaran yang akan diteliti adalah mata pelajaran fisika pokok bahasan optik
pada siswa kelas VIII semester 2 SMP N 1 Makarti Jaya.
3. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses
dan hasil belajar Fisika pada siswa kelas VIII semester 2 SMP N 1 Makarti Jaya. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :
a.
Meningkatkan kualitas proses belajar Fisika materi
optik pada siswa kelas VIII semester
2 SMP N 1 Makarti Jaya melalui penerapan metode eksperimen
demonstrasi.
b.
Meningkatkan kualitas hasil belajar Fisika materi optik
pada siswa kelas VIII semester 2 SMP
N 1 Makarti Jaya melalui penerapan metode eksperimen.
4. Manfaat Hasil Penelitian
4.1.
Bagi siswa :
v Dapat meningkatkan kualitas proses belajar
Fisika pada materi optik.
v Dapat meningkatkan hasil belajar Fisika
pada materi optik.
v
Dapat meningkatkan ketrampilan / psikomotor.
v
Dapat meningkatkan prestasi siswa dalam
pelajaran fisika materi optik.
4.2.
Bagi guru:
v
Dapat digunakan untuk menambah wawasan dalam
usaha peningkatan proses kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat
dicapai dengan tuntas dan baik.
v Dapat meningkatkan kreatifitasnya dengan
menerapkan metode eksperimen demonstrasi.
v Menumbuhkan budaya meneliti pada guru.
5. Tinjauan Pustaka
5.1.
Landasan
Teori
5.1.1. Hakikat Fisika
Pada dasarnya
cabang cabang ilmu berkembang dari dua cabang utama, yakni filsafat alam dan
filsafat moral. Filsafat alam kemudian menjadi rumpun rumpun ilmu ilmu alam (
natural sciences ) yang kemudian membagi diri kepada dua kelompok yakni ilmu
alam ( the physical sciences ) dan ilmu hayat ( the biological sciences ). Ilmu
alam bercabagn lagi menjadi fisika, kimia, astronomi dan ilmu bumi. (
Suriasumantri, 1985 : 83)
Fisika merupaklan ilmu pengetahuan tentang kejadian
maupun unsure unsure alam yang didasarkan atas penelitian dan penalaran logis.
Berdasarkan penelitian dan penalaran logis, fisika dapat menganalisa dan
menerangkan struktur dan peristiwa alam yang kemudian dirumuskan menjadi
pengertian pengertian ( konsep konsep ), hipotesis, hokum, teori dan persamaan
persamaan matematika sebagai terjemahan dari buku fisika. Menurut Gerthsen yang
dikutip oleh Herbert Druxes, menyatakan bahwa “ fisika adalah suatu teori yang
menerangkan gejala alam besederhana dan berusaha menemukan anatara kenyataan
kenyataan. Persyaratan dasar dalam memecahkan persoalan adalah dengan
menagamati kgejala tersebut”. ( Druxes, 200:11 )
Mata pelajaran fisika merupakan mata pelajaran yang
banyak mengandung konsep, definisi dan rumus. Oleh karena itu, pengetahuan
dasar aljabar dan trigonometri merupakan factor dasar dalam aspek kualitatif
mata pelajaran fisika. Sebagai salah satu cabang sains fisika merupakan ilmu
pengetahuan yang paling mendasar. “ Physics
is the most basic of the science “. (Giancoli, 1995 ). Fisika adalah
pelajaran tentang kejadian alam, yang memungkinkan penelitian dengan percobaan,
pengukuran apa yang didapat, penyajian secara matematis, dan
berdasarkanperaturan peraturan umum ( Brochaus : 1972 dalam Soeparmo : 1986 )
Dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) dijelaskan bahwa pembelajaran fisika dapat
mengembangkan kemampuan berfikir analitis deduktif dengan menggunakan berbagai
peristiwa alam dan penyelesaian masalah baik secara kualitatif maupun secara
kuantitatif dengan menggunakan matematika serta dapat mengembangkan
pengetahuan, ketrampilan dan percaya diri.
5.1.2.
Proses Pembelajaran Fisika
Proses
adalah tahapan-tahapan yang dilalui dan dilakukan dengan menggunakan metode
ilmiah dalam rangka menemukan suatu kebenaran.
Proses pembelajaran Fisika
yang dilakukan oleh para guru pada umumnya masih didominasi oleh kegiatan
ceramah yang dilanjutkan dengan latihan soal-soal. Metode pembelajaran seperti
itu memberi kecenderungan siswa untuk menghafal tentang konsep Fisika tetapi
belum tentu memahami dengan baik, menjadikan siswa pasif dan hasil belajar
fisikanya pun rendah. Pada pembelajaran pemantulan cahaya pada cermin datar
misalnya, siswa dapat menghafal sifat-sifat bayangan yang dibentuk oleh sebuah
cermin datar, tetapi belum tentu dapat menjelaskan bagaimana proses pembentukan
bayangan juga sifat-sifat bayangan yang dibentuk oleh dua cermin datar pada
sudut tertentu.
Menurut
Tobin etal (dalam Dasna dan Fatchan, 2008), berdasarkan pandangan konstruktivistik
dinyatakan bahwa pengetahuan atau pengertian yang diperoleh siswa adalah
sebagai akibat dari konsep konstruktif (aktif) yang berlangsung terus menerus
dengan cara mengatur, menyusun dan menata ulang pengalaman yang dikaitkan
dengan struktur koqnitif yang dimiliki.
Dari pandangan tersebut dapat diketahui bahwa
proses pembelajaran dalam kelas hendaknya berorientasi pada siswa karena
merekalah yang menyusun konsep-konsep yang ditemukan. Guru sebagai fasilitator
dapat membantu siswa mempermudah pemahaman dan memberikan arahan agar tidak
terjadi kesalahan konsep.
5.1.3.
Metode Eksperimen Demonstrasi
Menurut
Syaiful Bahri Djamarah (1995) metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran
dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri
sesuatu yang dipelajari. Kemudian Mulyani Sumantri, dkk (1999) mengatakan bahwa
metode eksperimen diartikan sebagai cara belajara mengajar yang melibatkan
siswa dengan mengalami dan membuktikan sendiri proses dan hasil percobaan.
Menurut Roestiyah (2001:80) Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, di
mana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya
serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan
ke kelas dan dievaluasi oleh guru.
Menurut Schoenherr
(1996) yang dikutip oleh Palendeng (2003:81) metode eksperimen adalah metode
yang sesuai untuk pembelajaran sains, karena metode eksprimen mampu memberikan
kondisi belajar yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir dan kreativitas
secara optimal. Siswa diberi kesempatan untuk menyusun sendiri konsep-konsep
dalam struktur kognitifnya, selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupannya.
Metode
Eksperimen menurut Al-farisi (2005:2) adalah metode yang bertitik tolak dari
suatu masalah yang hendak dipecahkan dan dalam prosedur kerjanya berpegang pada
prinsip metode ilmiah. Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu
mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang
dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Juga siswa dapat terlatih
dalam cara berfikir yang ilmiah. Dengan eksperimn siswa menemukan bukti
kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajarinya.
Dalam proses
pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen siswa diberikan kesempatan
untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses,
mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri
mengenai suatu objek keadaan atau proses tertentu.
Dari uraian
diatas maka terlihat bahwa metode eksperimen berbeda dengan metode eksperimen
berbeda dengan metode demonstrasi. Kalau metode demonstrasi hanya menekankan
pada proses terjadinya dan mengabaikan hasil, sedangkan pada metode eksperimen
penekanannya adalah kepada proses sampai kepada hasil.
Eksperimen
atau percobaan yang dilakukan tidak selalu harus dilaksanakan didalam
laboratoriom tetapi dapat dilakukan pada alam sekitar. Contoh : untuk
mengetahui bahwa tumbuhan dapat menerima rangsanagan, siswa anda dapat dibawa
kehalaman sekolah yang ada tumbuhan sekejut (Mimosa Spec). Daun patah tulang
atau kamboja bila dipatahkan akan mengeluarkan getah. Begitu pula dengan batang
karet yang disadap.
Agar
penggunaan metode eksperimen itu efisien dan efektif, maka perlu diperhatikan
hal-hal sebagai berikut :
1.
Dalam eksperimen setiap siswa harus mengadakan
percobaan, maka jumlah alat dan bahan atau materi percobaan harus cukup bagi
tiap siswa.
2.
Agar eksperimen itu tidak gagal dan siswa menemukan
bukti yang meyakinkan, atau mungkin hasilnya tidak membahayakan, maka kondisi
alat dan mutu bahan percobaan yang digunakan harus baik dan bersih.
3.
Dalam eksperimen siswa perlu teliti dan konsentrasi
dalam mengamati proses percobaan , maka perlu adanya waktu yang cukup lama,
sehingga mereka menemukan pembuktian kebenaran dari teori yang dipelajari itu.
4.
Siswa dalam eksperimen adalah sedang belajar dan
berlatih , maka perlu diberi petunjuk yang jelas, sebab mereka disamping
memperoleh pengetahuan, pengalaman serta ketrampilan, juga kematangan jiwa dan
sikap perlu diperhitungkan oleh guru dalam memilih obyek eksperimen itu.
5.
Tidak semua masalah bisa dieksperimenkan, seperti
masalah mengenai kejiwaan, beberapa segi kehidupan social dan keyakinan
manusia. Kemungkinan lain karena sangat terbatasnya suatu alat, sehingga
masalah itu tidak bias diadakan percobaan karena alatnya belum ada.
Menggunakan
metode eksperimen dalam proses pembelajaran dikatakaa tepat apa bila :
1. Ingin
memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat mengalami sendiri, mengikutisuatu
proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan
sendiri tentang suatu objek keadaan atau proses tertentu.
2. Menumbuhkan
dan mengembangkan cara berpikir rasional dan ilmiah siswa dalam proses
pembelajaran.
3. Guru
menginginkan agar siswa mencoba mengerjakan sesuatu, mengamati proses dan hasil
percobaan.
5.1.4.
Kelebihan
Dan Kekurangan Metode Eksperimen Demonstrasi
Kelebihan-kelebihan yang dimiliki pada metode eksperimen demonstrasi
antara lain adalah sebagai berikut :
1. Metode
ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan
berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku.
2. Anak
didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi)
tentang ilmu dan teknologi.
3. Dengan
metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan baru
dengan penemuan sebagai hasil percobaan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi
kesejahteraan hidup manusia.
4. Anak
didik memperoleh pengalaman dan keterampilan dalam melakukan eksperimen.
5. Siswa
terlibat aktif mengumpulkan fakta dan informasi yang diperlukan untuk
percobaan.
6. Dapat
menggunakan dan melaksanakan prosedur metode ilmiah dan berfikir ilmiah
7. Dapat
memperkaya pengalaman dan berpikir siswa dengan hal-hal yang bersifat objektif,
realitas dan menghilangkan verbalisme.
Kekurangan-kekurangan yang dimiliki pada metode eksperimen demonstrasi
antara lain adalah sebagai berikut :
1.
Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap
anak didik berkesempatan mengadakan ekperimen.
2.
Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak
didik harus menanti untuk melanjutkan pelajaran.
3.
Kesalahan dan kegagalan siswa yang tidak terdeteksi
oleh guru dalam bereksperimen berakibat siswa keliru dalam mengambil kesimpulan
4.
Sering mengalami kesulitan dalam melaksanakan
eksperimen karena guru dan siswa kurang berpengalaman melakukan eksperimen.
5.
Kesalahan dan kegagalan siswa yang tidak terdeteksi
oleh guru dalam bereksperimen berakibat siswa keliru dalam mengambil keputusan.
5.1.5.
Prosedur Eksperimen
Demonstrasi
Menurut
Roestiyah (2001:81) prosedur eksperimennya adalah :
1.
Perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan
eksprimen,mereka harus memahami masalah yang akan dibuktikan melalui eksprimen.
2.
Memberi penjelasan kepada siswa tentang alat-alat serta
bahan-bahan yang akan dipergunakan dalam eksperimen, hal-hal yang harus
dikontrol dengan ketat, urutan eksperimen, hal-hal yang perlu dicatat.
3.
Selama eksperimen berlangsung guru harus mengawasi
pekerjaan siswa. Bila perlu memberi saran atau pertanyaan yang menunjang
kesempurnaan jalannya eksperimen.
4.
Setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan
hasil penelitian siswa, mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi dengan tes
atau tanya jawab.
Dalam metode
eksperimen, guru dapat mengembangkan keterlibatan fisik dan mental, serta
emosional siswa. Siswa mendapat kesempatan untuk melatih ketrampilan proses
agar memperoleh hasil belajar yang maksimal. Pengalaman yang dialami secara
langsung dapat tertanam dalam ingatannya. Keterlibatan fisik dan mental serta
emosional siswa diharapkan dapat diperkenalkan pada suatu cara atau kondisi
pembelajaran yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan juga perilaku yang
inovatif dan kreatif.
Pembelajaran
dengan metode eksperimen melatih dan mengajar siswa untuk belajar konsep fisika
sama halnya dengan seorang ilmuwan fisika. Siswa belajar secara aktif dengan
mengikuti tahap-tahap pembelajarannya. Dengan demikian, siswa akan menemukan
sendiri konsep sesuai dengan hasil yang diperoleh selama pembelajaran.
5.1.6.
Tahap
Eksperimen Demonstrasi
Pembelajaran
dengan metode eksperimen menurut Palendeng (2003:82) meliputi tahap-tahap
sebagai berikut :
1.
Percobaan awal,
Pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan yang didemonstrasikan guru atau
dengan mengamati fenomena alam. Demonstrasi ini menampilkan masalah-masalah
yang berkaitan dengan materi fisika yang akan dipelajari.
2.
Merupakan, kegiatan siswa saat guru
melakukan percobaan. Siswa diharapkan untuk mengamati dan mencatat peristiwa
tersebut.
3.
Hipoteis awal,
siswa dapat merumuskan hipotesis sementara berdasarkan hasil pengamatannya.
4.
Verifikasi,
kegiatan untuk membuktikan kebenaran dari dugaan awal yang telah dirumuskan dan
dilakukan melalui kerja kelompok. Siswa diharapkan merumuskan hasil percobaan
dan membuat kesimpulan, selanjutnya dapat dilaporkan hasilnya. Aplikasi konsep
, setelah siswa merumuskan dan menemukan konsep, hasilnya diaplikasikan dalam
kehidupannya. Kegiatan ini merupakan pemantapan konsep yang telah dipelajari.
5.
Evaluasi,
merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu konsep.
Penerapan pembelajaran dengan metode eksperimen akan membantu siswa untuk memahami konsep. Pemahaman konsep dapat diketahui apabila siswa mampu mengutarakan secara lisan, tulisan, , maupun aplikasi dalam kehidupannya. Dengan kata lain , siswa memiliki kemampuan untuk menjelaskan, menyebutkan, memberikan contoh, dan menerapkan konsep terkait dengan pokok bahasan.
Penerapan pembelajaran dengan metode eksperimen akan membantu siswa untuk memahami konsep. Pemahaman konsep dapat diketahui apabila siswa mampu mengutarakan secara lisan, tulisan, , maupun aplikasi dalam kehidupannya. Dengan kata lain , siswa memiliki kemampuan untuk menjelaskan, menyebutkan, memberikan contoh, dan menerapkan konsep terkait dengan pokok bahasan.
5.1.7.
Prestasi Belajar
Hasil belajar adalah nilai
(perubahan) yang dicapai oleh siswa setelah berlangsungnya proses belajar
Fisika. Hasil belajar merupakan indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang
telah dikuasai siswa, juga sebagai indikator terhadap daya serap siswa.
Prestasi belajar tidak hanya
nilai dari hasil belajar saja yang bagus tetapi diperhatika juga pada proses
pembelajaran yang berlangsung. Selain hasil belajar yang di targetkan untuk
metode ini tetapi juga proses pembelajaran yang berlang juga di perhatikan agar
siswa dapat memahami konsep secara sepenuhnya, tidak hanya menghafal rumus saja
tetapi dapat memahami konsep dan siswa tidak salah persesepsi konsep pada
materi yang di berikan. Selain hasil belajar dan proses belajar yang di
targetkan, ada juga target lain yakni dengan adanya metode eksperimen
demonstrasi ini siswa bisa mempraktikkan dalam kehidupan sehari-hari guna
mempermudah pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
6.
Prosedur
Penelitian
6.1.
Variabel
Penelitian
“Variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian” (Arikunto, 2006: 96).
Adapun
variabel yang digunakan pada penelitian memiliki satu variabel bebas dan satu
variabel terikat, dimana kedua variabel tersebut adalah:
1.
Variabel bebas :
Penggunaan metode eksperimen demonstrasi.
2.
Variabel terikat :
Prestasi belajar siswa.
6.2.
Difinisi
Oprasional Variabel
Metode
Eksperimen menurut Al-farisi (2005:2) adalah metode yang bertitik tolak dari
suatu masalah yang hendak dipecahkan dan dalam prosedur kerjanya berpegang pada
prinsip metode ilmiah. Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu
mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang
dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Juga siswa dapat terlatih
dalam cara berfikir yang ilmiah. Dengan eksperimn siswa menemukan bukti
kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajarinya.
Dalam proses
pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen siswa diberikan kesempatan
untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses,
mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri
mengenai suatu objek keadaan atau proses tertentu.
Hasil belajar adalah nilai (perubahan)
yang dicapai oleh siswa setelah berlangsungnya proses belajar Fisika. Hasil
belajar merupakan indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah
dikuasai siswa, juga sebagai indikator terhadap daya serap siswa.
Prestasi belajar tidak hanya
nilai dari hasil belajar saja yang bagus tetapi diperhatika juga pada proses
pembelajaran yang berlangsung. Selain hasil belajar yang di targetkan untuk
metode ini tetapi juga proses pembelajaran yang berlang juga di perhatikan agar
siswa dapat memahami konsep secara sepenuhnya, tidak hanya menghafal rumus saja
tetapi dapat memahami konsep dan siswa tidak salah persesepsi konsep pada
materi yang di berikan.
6.3.
Populasi dan Sampel
6.3.1.
Popolasi
Menurut Sudjana (1996:6) dalam
bukunya statistik dasar, mengemukakan pendapat tentang populasi adalah sekumpulan
objek yang akan diteliti.
Populasi adalah totalitas
semua nilai yang mungkin, hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif
maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan
yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya.
Dari pendapat diatas, maka
peneliti mengambil data dengan penelitian populasi yaitu siswa kelas VIII SMP N
1 Makarti Jaya dimana terdapat tiga kelas VIII yang terdiri dari kelas VIII.1
jumlah siswa 38 orang, VIII.2 jumlah siswa 39 orang, dan VIII.3 jumlah siswa 36
orang.
6.3.2.
Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti
(Arikunto, 2006: 131). Sampel dalam penelitian ini, peneliti akan mengambil
salah satu dari kelas VIII, yakni kelas VIII.3 sebagai sampel penelitian secara
acak sederhana (Simple Radom Sampling) karena di sekolah SMP N 1 Makarti Jaya
kelas VII populasinya homogen di setiap kelasnya.
6.4.
Metode Penelitian
“Metode penelitian adalah cara
yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian” (Arikunto,
2002: 136).
Dalam penelitian ini hanya ada satu kelas yaitu kelas yang menjadi
eksperimen yang dilaksanakan tanpa ada kelas control (kelas pembanding) yaitu
yang diterapkan model pembelajaran eksperimen demonstrasi pada
pembelajaran fisika mata pelajaran optik di SMP N 1 Makarti Jaya.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode Eksperimen Semu (Quasi Experiment)
kategori One-Group Pretest-Posttest Design. Menurut Arikunto (2006:83), metode ini adalah suatu
metode yang dilaksanakan pada satu waktu terhadap satu kelompok.
Adapun
langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Tahap
Perencanaan
a) Observasi
b) Konsutasi dengan guru yang bersangkutan di
SMP N 1 Makarti Jaya.
2.
Tahap
Persiapan
a) Adapun yang dilakukan dalam tahap
persiapan adalah mengadakan tes awal untuk mengetahui tingkat pemahaman konsep
pelajaran optik.
b) Membuat rencana pembelajaran.
3.
Tahap
Pelaksanaan
Peneliti melaksanakan kegiatan
pembelajaran fisika mata pelajaran optik dengan menerapkan model pembelajaran eksperimen
demonstrasi secara bertahap. di setiap akhir pertemuan peneliti memberikan
refleksi dan tes kepada siswa. Selain memberikan tes sebanyak 5 soal,
penelitian juga melakukan pengamatan pemahaman konsep optik siswa selama
diterapkan model pembelajaran Eksperimen Demonstrasi melalui lembar
observasi oleh observer. Peneliti
memberikan tes akhir yang terdiri dari 5 butir soal essay untuk
memperoleh hasil belajar siswa.
4.
Tahap
Pelaporan
Setelah memahami pemahaman
konsep optik siswa dan memberika tes akhir dan mendapatkan hasil pembelajaran
dengan penerapan metode Eksperimen
Demonstrasi maka peneliti dapat menyusun pelaporan pembelajaran.
6.5.
Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian tindakan ini peneliti menggunakan beberapa prosedur
pengumpulan data agar memperoleh data yang objektif. Beberapa teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:
1.
Observasi
Obsevasi diartikan
sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak
pada objek penelitian (Zuriah, 2003). Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan
terhadap objek ditempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa.
Ada dua
observasi yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian tindakan ini,
diantaranya : (I) Obsevasi langsung, adalah pengamatan yang
dilakukan dimana observer berada bersama dengan objek yang selidiki. Artinya
peneliti ikut berpartisipasi secara langsung saat peristiwa terjadi. (2) Obsevasi tidak langsung, adalah observasi yang
dilakukan dimana observer tidak berada bersama dengan objek yang selidiki.
Tetapi, peneliti menggunakan daftar cek (Check
List) dalam menggali atau mengumpulkan data ketika menggunakan terknik ini.
- Wawancara
Wawancara
merupakan salah satu prosedur terpenting untuk mengumpulkan data dalam penelitian
kualitatif, sebab banyak informasi yang diperoleh peneliti melalui wawancara. Wawancara dilakukan
peneliti untuk memperoleh data sesuai dengan kenyataan pada saat peneliti
melakukan wawancara. Wawancara dalam penelitian ini ditujukan kepada siswa kelas
VIII dan
guru - guru kelas VIII SMP N
1 Makarti Jaya.
- Dokumentasi
Zuriah
(2003), menjelaskan bahwa dokumentasi merupakan salah satu cara untuk
mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, terutama berupa
arsip-arsip
dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil, atau hukum -hukum
lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.
Data yang diambil dalam
penelitian ini adalah data kualitatif. Teknik pengambilan data dalam penelitian
ini adalah tes. Tes merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini untuk melihat tingkat pemahaman konsep optik siswa setelah
diterapkan Model Pembelajaran Eksperimen Demonstrasi. Tes yang akan
diberikan adalah tes tertulis dalam soal uraian yang memiliki kriteria soal
pemahaman konsep yang berjumlah 5 butir soal.
6.6.
Teknik Uji Coba Instrument
Sebelum soal diberikan kepada
sampel siswa kelas VIII terlebih dahulu soal di uji cobakan pada siswa kelas
lain. Hal ini untuk mengetahui validitas dan reabilitas soal-soal yang terdiri
dari 5 soal uraian materi optik. Setelah selesai di uji cobakan pada siswa
kelas lain maka diperoleh Validitas dan Reabilitas.
6.7.
Analisis Uji Coba Instrument
6.7.1.
Validitas Tes
Suatu instrument yang valid
atau sahih mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya, instrument yang kurang
valid mempunyai validitas yang rendah. Penyajian validitas sebuah tes adalah
menggunakan korelasi product moment dengan angka kasar.
Keterangan : r
xy = koefisien korelasi antara variable x dan variable y, dua
variable yang dikorelasikan.
N = Jumlah siswa uji coba,
x = skor setiap item,
y = skor total tiap butir soal.
Kemudian harga rxy dikonsultasikan
dengan harga rxy product moment. Jika
hitung
tabel (5%) maka
butir sol tersebut valid.
Kriteria validitas sebuah
instrument dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2
|
||||||||||||||
Kriteria
Validitas
|
(Arikunto,
2009:75)
6.7.2.
Tingkat Kesukaran
Rumus yang digunakan untuk
menghitung tingkat kesukaran adalah:
Dengan rumus
mean:
Dimana: P = Tingkat Kesukaran
x = mean
N = Skor maksimal (modifikasi Tim Puslitbang Sisjian,
1993:23)
Klasifikasi indeks kesukaran butir soal adalah
sebagai berikut:
Soal dengan P 0,00 – 0,30 = Soal sukar
Soal dengan P 0,31 – 0,70 = Soal sedang
Soal dengan P 0,71 – 1,00 = Soal mudah (Arikunto, 2009:208-210)
6.7.3.
Daya Pembeda
Rumus yang digunakan untuk
menghitung daya pembeda adalah:
Daya pembeda =
(Modifikasi Tim Puslitbang Sisjian, 1993:23)
Klasifikasi daya
pembeda soal adalah:
D = 0,00 – 0,20 = Jelek
D = 0,21 – 0,70 = Baik
D = 0,71 – 1,00 = Baik sekali
Jika hasil D =
Negatif, soal tersebut sangat jelek. (Arikunto, 2009:218)
6.7.4.
Uji Reliabilitas
Suatu tes dikatakan mempunyai
kepercayaan yang tinggi apabila tes tersebut mempunyai hasil yang tepat. Jadi
reliabilitas ini berhubungan dengan masalah ketepatan hasil. Untuk menguji
reliabilitas suatu tes digunakan suatu rumus alpha:
Dimana
. . .
. . . (Arikunto, 2006:196)
Keterangan:
r11= reliabilitas instrument,
k = banyaknya butir pertanyaan/soal,
Kemudian harga r11
ini dikonsultasikan dengan table r product moment, jika r11 hitung
rtabel maka instrument reliabilitas.
7.
Teknik Analisis Data
Analisis data dapat diartikan sebagai
metode yang dipergunakan untuk mengelolah data sehingga proses terakhir dari
pengelolaan data tersebut merupakan kesimpulan dari hasil yang didapat
dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Penelitian ini adalah menggunakan
rumus uji t, yang gunanya untuk penolakan atau penerimaan hipotesa nol dengan
syarat bahwa sampel yang digunakan homogen dan terdistribusi normal.
Nilai hasil tes
belajar fisika yang diperoleh pada siswa disusun dalam tabel distribusi frekuensi
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menyusun rentang yaitu data terbesar
dikurang data terkecil
2. Menentukan banyak kelas interval dengan
menggunakan aturan sturges yaitu banyak kelas = 1 + 3,3 log n
3.
Menentukan panjang kelas interval (P) yaitu:
Perhitungan nilai rata-rata masing-masing kelas
menggunakan Rumus:
Menentukan simpangan baku dengan Rumus:
Keterangan:
xi
= Tanda kelas
interval
fi
= Frekuensi yang
sesuai dengan kelas
n = Banyak
kelas
S2
= Simpangan baku
TABEL 3
Kategori Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematika
Skor Rata-rata
|
Kategori
|
91 – 100
82 – 90
61 – 80
41 – 60
0 – 40
|
Baik sekali
Baik
Cukup
Kurang
Sangat Kurang
|
(Depdiknas, 2007:32)
7.1.
Uji Normalitas
Uji Normalitas data bertujuan untuk mengetahui
apakah data terdistribusi normal atau tidak. Tabel distribusi frekuensi yang
dibuat diuji kenormalannya dengan menggunakan rumus kemiringan kurva atau
disebut juga dengan koefesien kemiringan pearson yang ditulis dengan persamaan
sebagai berikut:
Keterangan :
Km = kemiringan kurva
Mo = Modus
S = Simpangan Baku
B = Batas
bawah kelas modal
P = Panjang
kelas modal
b1
= Frekuensi kelas modal dikurangi frekuensi kelas interval dengan tanda kelas
yang lebih kecil sebelum tanda kelas
modal
b2
= Frekuensi kelas modal dikurangi frekuensi kelas interval dengan
tanda kelas lebih besar sesudah tanda
kelas modal
7.2.
Uji
Homogenitas
Uji ini digunakan untuk melihat
apakah kedua data kelompok mempunyai varians yang homogen atau tidak. Dirumuskan oleh Sudjana (2005: 249),
yaitu:
Keterangan:
Tolak
hanya jika
F1/2
(
) dengan
F1/2
(
) dengan peluang 0,05
derajat kemiringan maasing-masing sesuai
dengan dk pembilang dan penyebut pada rumus diatas dengan
= taraf nyata.
7.3.
Uji
Hipotesis
Untuk membuktikan hipotesis yang telah
dirumuskan dan untuk mendapatkan suatu kesimpulan maka data hasil tes
menggunakan uji-t (student –t). Dirumuskan oleh Sudjana (2005:239):
Dengan:
Keterangan:
t = Perbedaan rata-rata kedua sampel
S = Simpangan baku
n1 = Jumlah siswa kelas X4
n2 = Jumlah siswa kelas X5
S2 = Varian gabungan
S12 = Simpangan baku kelas X4
S22 =
Simpangan Baku Kelas X5
DAFTAR PUSTAKA
Andy. 2008. Laboratorium
Fisika. Palembang: Univ. PGRI Palembang.
Arikunto,
Suharsimi. 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rhineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian,
Jakarta: Rhineka Cipta.
Arikunto,Suharsimi.
2006.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta : Rineka Cipta
Depdiknas.
2007. Pedoman Penilaian Hasil Belajar. Jakarta : Depdiknas
Gulo, W. 2007. Metodologi Penelitian, Jakarta:
PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Hadi,
Amirul. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan, Bandung: CV. Pustaka
Setia
Siagian,Mayer.1982. Pedoman Pengelolaan Laboratorium Kimia, Fisika dan Biologi
SMTP dan SMTA.
Jakarta : Karya Utama.
Sugiono, 2012. Metode
Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sugiono, 2006. Metode Penelitian Pendidikan.Bandung :
Alfabeta
Sukardi.2008.
Metodologi Penelitian Pendidikan
Kompetensi dan praktiknya. Jakarta : Bumi Aksara